29 Desember 2020
10 Nasehat Untuk Diri Sendiri
Saya Takut Miskin (Jurnal)
July 27th
Leaving
I tought I had a home
But turns out it was just a pit stop
It was just a resting place
Before I go to somewhere else
I'm no longer young
My youth was over
My voice is no longer needed
Maybe I'm never needed to begin with
It's okay
I guess I'm a loner
I tend to push people away
Silly me, stupid me
But also
Smart me, independent me
I can hear Taylor singing Exile in the back
Now I can finally understand what it means
On a very personal level
Sometimes I have so much idealism within myself
Hey, thank you for the memories I guess
I have someone who takes care of me now
Even though I had to lost a group of people
I guess it makes my life easier now
I'm leaving
It's okay to go separate ways
To the people
Who says they're brave
Good luck
I'm never seeing you again
Things that make me happy
23 is My Limit
Trying to be positive
28 Desember 2020
Jurnal (Lagi)
Jurnal (Entah Page Keberapa)
5 Oktober 2020
Unpublished: Adakah Cinta Sejati dalam Cinta Terlarang?
Catatan: Tulisan ini ditulis untuk lomba yang diselenggarakan Line Today, tapi saya tidak tahu kelanjutan lombanya bagaimana, jadi lebih baik saya pos di blog, walau sebenarnya tidak bagus-bagus amat. Selamat membaca! ;)
Adakah Cinta Sejati dalam Cinta Terlarang?
Oleh: Anton E. Aditama
Pernah dengar lagu Jadikan Aku yang Kedua milik Astrid? Atau lagu Cinta Terlarang-nya The Virgin? Dua lagu ini mungkin yang paling menggambarkan kehidupan saya selama ini.
Buat saya sih, di dunia ini nggak ada yang namanya cinta terlarang. Sebagian dari kita menafsirkan cinta terlarang sebagai perasaan cinta pada sesama jenis, atau menyukai seseorang yang sudah berpasangan. Bagi saya yang seorang agnostik, saya percaya bahwa Tuhan menciptakan berbagai jenis cinta, tidak hanya satu macam. Cinta yang selama ini umumnya kita kenal adalah cinta antara laki-laki dengan perempuan. Kisah Laila-Majnun. Romeo dan Juliet. Jayaprana dan Layonsari. Padahal ada cinta lain selain itu yang sudah dikisahkan sejak barabad-abad lalu.
Everything is fair in love and war - Semuanya sah dalam cinta dan perang, begitu kata pepatah dalam film 3 Idiots. Sah-sah saja menyukai seseorang dari gender yang sama atau mencintai seseorang yang sudah menjadi pasangan orang lain. Agama dan moral tidak bisa jadi pembatas. Mencintai saja takkan merugikan siapapun. Tapi keinginan untuk memiliki orang itu adalah sesuatu yang lain. Ini yang sering menjadi penghalang.
Bagi saya seorang laki-laki gay, sulit menemukan orang yang ingin serius menjalani hubungan dengan saya. Kebanyakan laki-laki yang datang kepada saya hanya ingin dipuaskan secara seksual. Tidak sedikit dari laki-laki ini yang sudah berpacaran dengan perempuan, tapi terlalu takut untuk melakukannya dengan pasangan mereka.
“Aku nggak mau merusak masa depan mereka lah.”
“Kalau sama perempuan aku takut nanti mereka hamil.”
Begitu jawaban yang pernah saya dapat. Orang-orang ini tidak pernah memikirkan bahwa saya, seperti halnya para perempuan itu, adalah manusia yang berpikir dan merasa. Saya menjadi tempat pemuas nafsu, hanya dicari saat dibutuhkan.
Berbeda dengan saya yang menganggap bahwa menjadi laki-laki gay adalah sesuatu yang wajar dan bukan gangguan kejiwaan (seperti yang bolak-balik digembar-gemborkan WHO) orang-orang ini tidak bisa menerima diri mereka. Mereka tidak bisa menerima fakta bahwa menjadi gay atau biseksual sama normalnya dengan menjadi heteroseksual.
Sebagian besar orang tidak ingin percaya pada penelitian sains yang membuktikan bahwa gay dan biseksual dibentuk karena konstelasi otak manusia yang berbeda saat bayi berada dalam kandungan. Saya mengalami masa kecil dan remaja yang nyaris normal. Bahkan seandainya orang membaca habis jurnal DSM V dan PPDG III Psikologi, mereka akan menolak setuju ketika saya berkata bahwa menjadi non-hetero tidak disebabkan karena keluarga yang brokenhome atau pergaulan yang keliru.
Saya telah belajar bertahun-tahun untuk menerima diri saya apa adanya. Sekarang saya sudah tidak peduli apa kata dunia. Yang saya inginkan hanyalah dicintai oleh seseorang yang benar-benar tulus. Seorang laki-laki yang menanggap bahwa saya pantas untuk dihargai selayaknya manusia, bukan budak pemuas seks.
Saat masih remaja, sambil mendengarkan lagu Astrid, saya berandai-andai bahwa orang yang saya sukai sebetulnya juga menaruh hati pada saya kendati mereka telah punya pacar. Saya tidak keberatan walau saya hanya menjadi pacar kedua. Saya cukup bahagia hanya dengan dicintai secara diam-diam.
Saya kini telah berumur dua puluh tiga tahun. Saya telah menjalani beberapa kali hubungan dan belum menemukan orang yang tepat. Mantan saya yang terakhir adalah seorang pria Inggris yang baik dan penyayang. Kami bertemu lewat aplikasi dating, dia berkunjung ke Indonesia tahun lalu. Kami menelurusuri Karimun Jawa dan mendaki Bromo bersama-sama. Saya merasa bahagia dan dicintai selama beberapa waktu. Tapi saya memutuskan hubungan itu setelah enam bulan lantaran saya tidak tahan lagi menjalani hubungan jarak jauh begitu dia pulang ke Inggris.
Kini saya berusaha menemukan pria lokal yang betulan mencintai saya. Tidak mudah memang. Tapi saya sering menghibur diri bahwa tidak ada yang mustahil di dunia ini. Saya tidak ingin menyerah dengan mimpi-mimpi saya.
Yang membuat saya benar-benar galau akhir-akhir ini, saya tengah jatuh hati dengan seseorang. Baru belakangan saya tahu kalau dia ternyata sudah punya pacar laki-laki yang jauh lebih imut dari saya. Mereka berdua adalah pasangan yang serasi dan saya tidak ingin merusak hubungan mereka. Kadang-kadang saya menangis memikirkan ini. Jika saya orang yang benar-benar tulus, seharusnya menyukai dari jauh saja sudah cukup. Tapi saya bukan orang semacam itu. Saya ingin dicintai dan diperhatikan oleh orang yang saya suka. Sayang sekali saya tidak bisa berbuat apa-apa soal ini.
Selama bertahun-tahun ini saya berkhayal bahwa suatu hari akan datang seorang laki-laki yang diciptakan Tuhan untuk saya dan hanya untuk saya saja. Laki-laki baik dan penyayang. Tapi bermimpi saja tidak cukup. Saya tahu saya harus mencarinya. Kadang saya mencoba terlalu keras, ini yang membuat saya sedih. Saya kadang-kadang berusaha sangat keras dan tidak mendapatkan apa-apa.
Pada suatu titik saya benar-benar putus asa dan ingin menyerah. Saya mencoba menyiasati ini dengan mengalihkan fokus saya. Saya menulis banyak puisi dan cerpen. Saya menerbitkan dua buku secara indie dan menjadikannya sebagai koleksi pribadi. Tadi pagi atasan saya yang tahu saya senang menulis memberitahu kompetisi menulis Skandal Asmara ini di Line Today dan setelah menimbang-nimbangnya, saya memutuskan ingin membagi cerita saya.
Harapan saya lewat cerita ini akan lebih banyak orang di luar sana yang menghargai cinta seperti yang saya miliki. Bahwa cinta tidak memandang gender. Cinta tidak bisa didikte bahkan oleh agama atau moral sekalipun. Negara tidak bisa menghalangi saya mencintai orang yang dipilih hati saya. Saya percaya pada keajaiban cinta sejati, dan saya akan memperjuangkannya bahkan kalau saya harus mati. (Oke, yang terakhir agak berlebihan, nggak perlu dihiraukan)
Jadi, inilah cerita saya.
Surabaya, 24 Maret 2020
Kepada LINE Today
Oleh Anton E. Aditama
30 Juni 2020
If Only You Were In My Shoes
Catatan Terakhir Pride Month, 30 Juni.
Aku merasa asing dalam duniaku sendiri. Kemanapun aku pergi, yang kulihat adalah pasangan hetero bergandengan tangan, menikah, dan mempunyai anak. Beratus-ratus film romansa mengenai kisah pasangan heteroseksual memenuhi beranda situs streaming film ilegal, semuanya membuatku ingin muntah. Aku muak melihatnya.
Aku tahu pasangan non-hetero juga ada, mereka bersembunyi di seluruh negeri, seperti halnya penyihir dalam kisah Harry Potter. Para penyihir ini dianggap sebagai pembawa bencana dan wabah, sehingga pada Abad Pertengahan mereka ditangkapi dan dibunuhi dengan cara dibakar. Tapi dalam kasusku, ini adalah sebuah kenyataan.
Orang-orang gay dan lesbian terpaksa bersembunyi karena dianggap sampah, dianggap pembawa bencana dan pendosa, dan abnormal, karena sebuah cerita nabi di masa lalu. Kita tidak tahu apakah kisah itu benar-benar terjadi, tidak semua agama memercayainya. Dan seandainya kisah itu benar terjadi, benarkah mereka dihukum Tuhan hanya karena saling mencintai?
Mari kita telisik. Terakhir kali aku nonton film Serigala Terakhir, aku menyaksikan sang tokoh utama disodomi dengan tujuan direndahkan oleh para napi tahanan yang tidak menyukainya. Derajatnya sebagai manusia sama sekali diinjak-injak. Begitulah kira-kira yang dilakukan kaum Nabi Luth pada masanya. Mereka semua menggunakan sodomi untuk merendahkan laki-laki. Para laki-laki ini bahkan punya istri.
Yang dilakukan kaum itu tidak hanya sampai disitu. Mereka juga membunuh, memperkosa, dan melakukan perbuatan bejat lainnya. Mereka benar-benar tidak bermoral.
Menyamakan orang-orang non-hetero zaman sekarang dengan kaum Nabi Luth tidaklah relevan: mereka adalah dua kaum yang berbeda. Karena jika Tuhan sudah memusnahkan kaum Nabi Luth, mengapa sampai sekarang masih ada orang-orang non-heteroseksual?
Mari kita lihat faktanya: Tidak semua orang non-hetero melakukan sodomi. Jika mereka melakukannya, pastilah dalam keadaan suka sama suka, bukan untuk tujuan merendahkan. Pemerkosaan yang dilakukan orang non-hetero adalah lain hal, yang mana bisa dijerat hukum. Kita semua tahu bahwa pemerkosaan bisa juga dilakukan orang-orang heteroseksual.
Dan mengenai abnormal, mari kita simak fakta-fakta medis terakhir. Gay dan lesbian sudah lama dihapuskan dari daftar gangguan kejiwaan oleh WHO, sejak Mei 1990 tepatnya. Tapi ada lebih banyak orang bodoh yang sok tahu berusaha menceramahiku bahwa gay dan lesbian tidaklah normal, dan biar kusebutkan mereka.
Aku mengenal banyak diantaranya. Sebagian besar adalah teman-temanku. Sebagai seorang yang terbuka bahwa aku non-heteroseksual, sudah seringkali aku dinasehati dengan cerita nabi dan semacamnya. Mereka bersikeras memberitahuku bahwa aku tidak normal, dan aku akan berakhir di neraka.
Mereka tidak tahu saja. Aku sudah lebih banyak belajar, jauh melebihi mereka, sejak aku mulai sadar mengenai siapa diriku sebenarnya. Bayangkan kau menemukan dirimu homoseksual padahal kau baru tiga belas tahun! Awalnya aku juga tidak memercayainya. Perlu beberapa waktu sampai aku sadar.
Saat aku akhirnya mengetahui siapa diriku sebenarnya, aku diliputi ketakutan. Selama bertahun-tahun aku takut bahwa orang lain akan tahu siapa diriku, dan aku takut mereka menjauhiku. Atau lebih buruk, mereka akan mengganggapku hina.
Tapi aku sudah lama muak hidup dalam ketakutan. Aku benci terus-terusan gelisah sepanjang waktu. Aku seorang yang berjiwa kuat. Aku berusaha jujur pada akhirnya. Aku membiarkan orang-orang tahu siapa diriku. Aku harus membayar mahal karenanya. Walau aku menerima hinaan, tapi tidak sedetik pun dalam hidupku aku pernah menyesal.
Aku kehilangan sebagian besar temanku, walau aku tidak punya banyak teman. Sebagian dari mereka takut bahwa aku akan menerkam mereka kapan saja, padahal aku bukan pemerkosa. Aku tidak ingin bersedih karenanya.
Semakin menahun, aku menyadari bahwa ternyata aku sendirian. Tidak akan ada pangeran dalam cerita-cerita yang kubaca akan menyelamatkanku. Aku lah yang harus menyelamatkan diriku sendiri. Aku adalah pahlawan bagi diriku. Tidak ada orang lain.
Selama bertahun-tahun aku berjuang sendirian. Berjalan sendirian. Orang berusaha meyakinkanku bahwa cara berjalanku salah, keliru, tapi mereka tidak tahu rasanya berjalan dengan sepatuku. Mereka tidak tahu bahwa sepatu yang kupakai tidaklah selalu nyaman, tapi aku tidak akan menggantinya.
Aku menyukainya. Dan biarlah orang-orang tidak tahu. Aku sudah lama maklum. Aku akan terus berjalan. Di ujung jalan berkerikil yang tidak mudah ini, aku akan menemui pelangi dan langit biru yang menungguku.
Aku jadi teringat sebuah lirik lagu yang kudengar saat aku masih anak-anak. .
Pelangi-pelangi alangkah indahmu
Merah kuning hijau di langit yang biru
Pelukismu agung. . Siapa gerangan. .
Pelangi-pelangi. . ciptaan Tuhan
Salam hangat,
sampai jumpa Pride Month tahun depan.
#BanggaBegini
21 Juni 2020
Surat dari Saya
26 Desember 2019
Dua Tahun Kemudian (Two Years Later)
![]() |
(Dokumentasi Pribadi) |
![]() |
(Dokumentasi Pribadi) |
![]() |
(Foto: Borobudur Marathon) |
![]() |
(Team Telkom SO Gubeng) |
16 Desember 2019
Kerja di Telkom, Enak Nggak Sih?
Di dunia ini, dimana sih tempat kerja yang paling enak selain di Telkom? Hampir nggak ada! Ini benar lho. Mungkin selain jadi karyawan full-time di PT Mencari Cinta Sejati, Telkom-lah satu-satunya tempat kerja yang mentereng dan bikin saya nyaman sebagai budak kapital dan makhluk Tuhan yang santuy.
![]() |
Feb '18. (Foto: Anton Aditama) |
![]() |
Kebalen. Feb '18 (Foto: Anton Aditama) |
![]() |
Team SO Gubeng. Des '19 (Foto: Teddi Junandara) |
5 November 2018
Jurnal (Page 5)
Bulan ini saya ikut Semen Indonesia Trail Run, yang half-marathon tanggal 11 besok. Tinggal seminggu lagi (nggak sampe, malah) tapi saya nggak ada semangat buat latihaann. Gimana ya. . saya perlu dimotivasi. Padahal waktu KVRR 2018 kemaren saya rajin latihan lho. Hampir tiap hari saya lari malem-malem, keliling Surabaya buat latihan.
Tapi habis itu spirit saya merosot. Akhir bulan September kemaren saya sempat ikut Virtual Run yang edisi Voyage to Indonesia tapi entah kenapa medali sama jerseynya nggak nyampe-nyampe. Padahal saya ada di daftar pemenang. Duh.
Semoga saya nemukan kembali spirit saya yang ilang ya.
1 September 2018
Jurnal (Page 4)
Sebenernya saya capek jadi jomblo. Saya pengen banget punya pacar, cowok lho ya. Kalo cewek mungkin udah dari dulu saya dapet (salah sendiri gay)
Tapi ngomong-ngomong. . punya pacar itu belum tentu jaminan lebih bahagia. Ketika kita memutuskan berkomitmen sama seseorang, kita kehilangan sebagian dari kebebasan kita. Dan ada hal-hal lain yang bikin repot. Meski gitu. . kita juga dapet nilai-nilai berharga yang nggak kita dapetin ketika jadi jomblo.
Dukungan moral, misalnya. Sama dipeluk.
Makanya, saya mau berkomitmen sama orang yang tepat. Susah nyari yang beneran sayang sama saya. Baiknya saya nggak ngeliat fisik. Tapi kebanyakan orang cuma peduli soal seks. Pasti itu yang pertama dibahas. Kalo udah gitu saya jadi ilfil.
Saya munafik sih, tapi. . apa nggak ada hal bagus lain selain seks? Ya banyak lah. Traveling bareng, masak bareng, atau ngurus anak bareng.
Susah nyari orang yang mau diajak begitu, tapi saya ogah pesimis. Selama nunggu ketemu pacar idaman saya, saya mau menikmati masa-masa jomblo. Tapi rasanya suwe puol. Nggak nemu-nemu. Apa saya terlalu pilih-pilih? Ya daripada saya pacaran sama orang yang salah, mendingan saya jomblo dulu deh. Semoga waktu ketemu nanti, siapapun itu udah yang terakhir dan terbaik buat saya.
Jurnal (Page 3)
Hari ini saya ikut Med Run Unair kategori 10K. Jauh lebih sepi daripada Surabaya Marathon, tapi wajar sih karena emang bukan acara gede-gedean.
Di kabupaten saya sendiri dulu ada Borobudur International 10K, tapi saya malah belum pernah ikut.
Ceritanya habis ikut Surabaya Marathon saya dimasukin ke grup TA runners. Dari yang tadinya mau leren malah jadi makin aktif di kegiatan lari. Tapi emang banyak manfaatnya buat saya kok, hehe. Jadi Alhamdulillah, Puji Tuhan, semoga saya bisa terus konsisten.
Yang saya nggak habis pikir dari acara Med Run Unair ini. . saya ngiranya ini acara khusus lari. Tapi ternyata ada acara internal FK Unair juga toh. Justru acara larinya ini kesannya malah kaya acara sampingan, bukan acara utama.
Saya nggak bisa bilang saya kapok atau nggak. Tapi, meski gitu. . saya mau ambil yang baik-baik. Saya seneng dapet medali. Lumayan buat nambah koleksi, hehehe.
22 April 2018
Jurnal (Page 2)
These last few days were great. Life is so much more better and being an adult is definitely work for me. I'm writing these on a happy mood LOL it's not guaranteed but I want to believe they are true.
Okay. I should'nt be surprised by people talking bad things behind my back because. . it's a too common thing. I need to get used. Well, why haven't I? Mom Eliz made me realize that we can easily be negative from anything around us, I need to work myself to be just as positive.
I want to consider this world as a cruel place, in order to prevent myself from counting too much on others, though I still need them of course.
I've been actively writing again and it's good, although I just lost another story that I struggled to finish the last three weeks. I'm expecting a good come out of it.
I have 30 minutes and these are what I got.
3 Maret 2018
I don't want to end up like Poe
1 Maret 2018
Jurnal (Page 1)
Saya ingin menjadikan blog ini sebagai jurnal pribadi, karena saya perlu tempat untuk menjadi diri saya yang sebenarnya.