30 Juni 2020

If Only You Were In My Shoes

Catatan Terakhir Pride Month, 30 Juni.

Aku merasa asing dalam duniaku sendiri. Kemanapun aku pergi, yang kulihat adalah pasangan hetero bergandengan tangan, menikah, dan mempunyai anak. Beratus-ratus film romansa mengenai kisah pasangan heteroseksual memenuhi beranda situs streaming film ilegal, semuanya membuatku ingin muntah. Aku muak melihatnya.

Aku tahu pasangan non-hetero juga ada, mereka bersembunyi di seluruh negeri, seperti halnya penyihir dalam kisah Harry Potter. Para penyihir ini dianggap sebagai pembawa bencana dan wabah, sehingga pada Abad Pertengahan mereka ditangkapi dan dibunuhi dengan cara dibakar. Tapi dalam kasusku, ini adalah sebuah kenyataan.

Orang-orang gay dan lesbian terpaksa bersembunyi karena dianggap sampah, dianggap pembawa bencana dan pendosa, dan abnormal, karena sebuah cerita nabi di masa lalu. Kita tidak tahu apakah kisah itu benar-benar terjadi, tidak semua agama memercayainya. Dan seandainya kisah itu benar terjadi, benarkah mereka dihukum Tuhan hanya karena saling mencintai?

Mari kita telisik. Terakhir kali aku nonton film Serigala Terakhir, aku menyaksikan sang tokoh utama disodomi dengan tujuan direndahkan oleh para napi tahanan yang tidak menyukainya. Derajatnya sebagai manusia sama sekali diinjak-injak. Begitulah kira-kira yang dilakukan kaum Nabi Luth pada masanya. Mereka semua menggunakan sodomi untuk merendahkan laki-laki. Para laki-laki ini bahkan punya istri.

Yang dilakukan kaum itu tidak hanya sampai disitu. Mereka juga membunuh, memperkosa, dan melakukan perbuatan bejat lainnya. Mereka benar-benar tidak bermoral.

Menyamakan orang-orang non-hetero zaman sekarang dengan kaum Nabi Luth tidaklah relevan: mereka adalah dua kaum yang berbeda. Karena jika Tuhan sudah memusnahkan kaum Nabi Luth, mengapa sampai sekarang masih ada orang-orang non-heteroseksual?

Mari kita lihat faktanya: Tidak semua orang non-hetero melakukan sodomi. Jika mereka melakukannya, pastilah dalam keadaan suka sama suka, bukan untuk tujuan merendahkan. Pemerkosaan yang dilakukan orang non-hetero adalah lain hal, yang mana bisa dijerat hukum. Kita semua tahu bahwa pemerkosaan bisa juga dilakukan orang-orang heteroseksual.

Dan mengenai abnormal, mari kita simak fakta-fakta medis terakhir. Gay dan lesbian sudah lama dihapuskan dari daftar gangguan kejiwaan oleh WHO, sejak Mei 1990 tepatnya. Tapi ada lebih banyak orang bodoh yang sok tahu berusaha menceramahiku bahwa gay dan lesbian tidaklah normal, dan biar kusebutkan mereka.

Aku mengenal banyak diantaranya. Sebagian besar adalah teman-temanku. Sebagai seorang yang terbuka bahwa aku non-heteroseksual, sudah seringkali aku dinasehati dengan cerita nabi dan semacamnya. Mereka bersikeras memberitahuku bahwa aku tidak normal, dan aku akan berakhir di neraka.

Mereka tidak tahu saja. Aku sudah lebih banyak belajar, jauh melebihi mereka, sejak aku mulai sadar mengenai siapa diriku sebenarnya. Bayangkan kau menemukan dirimu homoseksual padahal kau baru tiga belas tahun! Awalnya aku juga tidak memercayainya. Perlu beberapa waktu sampai aku sadar.

Saat aku akhirnya mengetahui siapa diriku sebenarnya, aku diliputi ketakutan. Selama bertahun-tahun aku takut bahwa orang lain akan tahu siapa diriku, dan aku takut mereka menjauhiku. Atau lebih buruk, mereka akan mengganggapku hina.

Tapi aku sudah lama muak hidup dalam ketakutan. Aku benci terus-terusan gelisah sepanjang waktu. Aku seorang yang berjiwa kuat. Aku berusaha jujur pada akhirnya. Aku membiarkan orang-orang tahu siapa diriku. Aku harus membayar mahal karenanya. Walau aku menerima hinaan, tapi tidak sedetik pun dalam hidupku aku pernah menyesal.

Aku kehilangan sebagian besar temanku, walau aku tidak punya banyak teman. Sebagian dari mereka takut bahwa aku akan menerkam mereka kapan saja, padahal aku bukan pemerkosa. Aku tidak ingin bersedih karenanya.

Semakin menahun, aku menyadari bahwa ternyata aku sendirian. Tidak akan ada pangeran dalam cerita-cerita yang kubaca akan menyelamatkanku. Aku lah yang harus menyelamatkan diriku sendiri. Aku adalah pahlawan bagi diriku. Tidak ada orang lain.

Selama bertahun-tahun aku berjuang sendirian. Berjalan sendirian. Orang berusaha meyakinkanku bahwa cara berjalanku salah, keliru, tapi mereka tidak tahu rasanya berjalan dengan sepatuku. Mereka tidak tahu bahwa sepatu yang kupakai tidaklah selalu nyaman, tapi aku tidak akan menggantinya.

Aku menyukainya. Dan biarlah orang-orang tidak tahu. Aku sudah lama maklum. Aku akan terus berjalan. Di ujung jalan berkerikil yang tidak mudah ini, aku akan menemui pelangi dan langit biru yang menungguku.

Aku jadi teringat sebuah lirik lagu yang kudengar saat aku masih anak-anak. .

Pelangi-pelangi alangkah indahmu
Merah kuning hijau di langit yang biru
Pelukismu agung. . Siapa gerangan. .
Pelangi-pelangi. . ciptaan Tuhan

Salam hangat,
sampai jumpa Pride Month tahun depan.
#BanggaBegini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar