28 Desember 2019

Cinta Pertamaku, Selamat Siang

Jalanan Surabaya yang biasanya panas mendadak terasa teduh. Bukan karena saat itu musim hujan, bukan juga karena Hendra memakai sunblock SPF 150 yang harganya melebihi dua kali makan siangnya. Tapi karena saat itu ada seseorang rupawan yang lewat, dan Hendra yakin ia belum pernah melihat cowok setampan itu.

Riki, yang baru turun dari motor gojek tumpangannya merasa tidak nyaman karena ditatap sedemikian rupa oleh seseorang yang tidak dikenalnya.

"Ada masalah?" Riki bertanya seketika.

"Ah!"

Hendra yang baru sadar dari trans-nya terkesiap. Ia kaget karena cowok barusan punya suara yang tajam, sangat jauh dari kesan penampilannya.

"Maaf. Aku cuma penasaran apakah kau ingin membeli es serut—" Hendra langsung menawarkan dagangannya, mencari alasan. Ia kaget lagi karena Riki menjawab, kini dengan lebih tenang. 

"Boleh."

Riki yang ditawari es serut sedikit melunak. Ia memang haus sedari tadi. Setelah ditatap dengan tidak sopan, menikmati es serut dingin yang cukup murah ternyata bukan pilihan yang buruk.

Setelah selesai Riki mengembalikan mangkuknya.

"Trims." katanya sedikit angkuh.

Begitu membanting pecahan lima ribuan di konter Hendra, Riki langsung pergi. Hendra masih terngiang-ngiang oleh pesona cowok itu berjam-jam kemudian. Ditatapnya uang pemberian Riki tadi. Harum. Entah apa yang dilakukan anak itu pada uangnya. Ketika akhirnya Hendra pulang, dan selesai dengan dagangannya, Hendra berbaring di kosannya dan menatap langit-langit. Akankah Hendra bertemu lagi dengan siapapun dia yang mencuri perhatiannya?

(bersambung)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar