26 Desember 2019

Dua Tahun Kemudian (Two Years Later)



Ehem. Kita semua pernah sengsara. Walau berat badan saya turun empat kilo setelah saya lulus SMK, nyatanya saya masih bisa pamer. Teman-teman perempuan saya mungkin iri karena saya kerja di Telkom Akses dan tubuh saya tetap slim, tapi mereka nggak tahu sih apa yang saya alami.

Apa yang terjadi nyaris dua tahun kemudian setelah saya membanting dua tas besar ketika saya pertama kali dapat kos-kosan di Krembangan, hanya saya dan Tuhan di suatu tempat yang benar-benar tahu. Bahkan seandainya kamu follow akun Instagram saya sekalipun, kamu nggak akan ngerti betul. Meski begitu, sebenarnya apa sih yang telah saya pelajari selama hampir dua tahun cengengesan wara-wiri di Telkom Gubeng? Mari kita simak.

1. Ternyata Saya Nggak Jelek-Jelek Amat. 



(Dokumentasi Pribadi)
Ya, saudara-saudara. Saya menyadari kalau, setelah dua tahun, ternyata saya nggak jelek-jelek amat. Di foto ini mungkin saya kelihatan dekil, tapi seorang bapak-bapak jelas nggak berpikir begitu. Suatu kali saya harus menyambung kabel (saya seorang teknisi lapangan) dan ketika itu ada bapak-bapak yang tersenyum pada saya di pojokan dan mengatakan kalau saya ganteng.

Tentu saja saya ge'er. Karena saya membawa nama Telkom Akses, jelas saya harus menjaga sikap. Saya hanya mengangguk dan berterima kasih, lalu saya lanjutkan kerjaan saya. Setelah beberapa waktu bapak-bapak itu tersenyum lagi pada saya dan mengulangi perkataannya kalau saya ganteng. Lagi-lagi saya mengangguk dan berterima kasih. Kejadian ini terus berulang hingga beberapa waktu. Ketika itu saya hanya berpikir bahwa bapak-bapak itu seseorang yang ramah dan murah senyum. Baru ketika saya selesai, saya diberitahu seorang pelanggan bahwa bapak-bapak itu ternyata gila dan saya diminta memaklumi tindakannya. Disitu saya melongo. Bapak-bapak tadi kelihatan waras sekali.


2. Ternyata Saya Pemberani

(Dokumentasi Pribadi)
Saya selalu mengatakan kalau diri saya pengecut. Rupanya saya keliru. Ketika saya kerja di Telkom Akses, saya harus menghadapi banyak ketakutan saya. Saya pernah harus menghadapi tak terhitung banyaknya anjing killer yang lebih galak dari Ibu saya sendiri. Walau dalam hati saya ingin menangis, saya selalu menguatkan diri saya. Di dunia nyata mungkin saya lebih suka kucing,  tapi setelah dua tahun berhadapan dengan beragam jenis binatang, termasuk tikus, semut dan kadal, ternyata anjing hewan yang oke juga. Betul lho.



3. Ternyata Saya Berbakat


(Foto: Borobudur Marathon)
Saya yang sering menganggap diri saya nggak bisa apa-apa, nyatanya telah berdosa pada Tuhan. Karena ternyata saya diberkati dengan begitu banyak kemampuan. Saya bisa menyambung kabel walau harus gagal seribu kali. Saya juga tahan menghadapi panas yang menyengat tanpa es teler yang saya rindukan di kampung saya.

Tapi yang mengubah hidup saya, saya menemukan mimpi saya yang sempat hilang. Karena tes lari dua belas menit yang diwajibkan perusahaan, disitu saya memulai kebiasaan lama saya yang telah lama saya tinggalkan, yakni lari. Dari situ saya beranikan diri saya mengikuti perlombaan marathon, dan Puji Tuhan, selama lebih dari satu setengah tahun menekuni hobi saya kembali, saya selalu berhasil finish dengan selamat. Di samping adalah foto saya ketika mengikuti Borobudur Marathon, dimana saya berhasil menempuk jarak empat puluh dua kilo selama lima jam. Ini adalah full-marathon kedua saya tahun ini.

Saya menyadari, bahwa yang ingin ditunjukan oleh Tuhan, meskipun saya mempunyai banyak kesalahan dan kegagalan, saya tetap berhak berbahagia tentang apa yang saya punya. Bagi kebanyakan orang, menjadi teknisi lapangan adalah pekerjaan yang menyengsarakan. Nyatanya tidak selalu begitu. Bagi saya yang tadinya bukan siapa-siapa, tidak bisa apa-apa, Living in Telkom adalah keajaiban yang terjadi di kehidupan saya sehari-hari. Miracle is real. Bagi saya, keajaiban itu nyata.

(Team Telkom SO Gubeng)


*

LIVING IN TELKOM Blog Competition==========================================

2nd Article. Pengalaman Seru Living in Telkom.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar